Pergilah untuk kebahagiaan

Dear,
saat aku katakan betapa aku mencintai kamu, tiada sedikitpun ada keraguan untuk itu. Ketika aku katakan bahwa aku tidak pernah berhenti berharap, tiada sedikitpun ada kebohongan akan hal tersebut. Saat aku didera dengan hebatnya olehmu, saat pukulan hebat itu telak menghunjam hatiku, saat hanya keheningan dan kesunyian yang terasa akibat dari semua itu, aku benar-benar tidak bisa untuk mebenci kamu, dan tiada sedikitpun harapan untuk selalu dapat bersama kamu pupus.

Dear,
pertengkaran demi pertengkaran yang terjadi diantara kita, justru menjadikan batu asahan untuk kecintaaku ke kamu. Persoalan demi persoalan yang timbul, justru menjadi kain lap yang semakin memancarkan kecintaanku ke kamu. Ejekan, makian, adu argumentasi dan debat lidah yang terus kita lakukan, justru mendewasakan cintaku ke kamu.

Dear,
satu hal yang bukan menjadi domainku, satu hal yang bukan menjadi mutlak kemauanku adalah suatu kepastian yang dapat aku berikan. Kepastian itu tidak pernah bisa berikan walaupun waktu terus berjalan, kehidupan terus bergulir. Aku benar-benar tidak pernah bisa menguasai kepastian itu.

Dear,
yang aku yakini, yang aku pahami, bahwa jangan pernah melakukan kebaikan melalui suatu keburukan, dan jangan pernah kambing hitamkan keburukan demi kebaikan. yang aku sadari, yang aku yakini, bahwa kepastian itu akan tiba dengan sendirinya ketika semua proses dan tahapan yang memang seharusnya dilakukan telah dilakukan.

Dear,
Tinggalkan aku, bukan karena aku tidak mencintai kamu
Tinggalkan aku, bukan karena aku tidak membutuhkan dirimu
Tinggalkan aku, bukan karena aku tidak ingin ditemani
Tinggalkan aku, bukan karena telah mati harapanku
Tinggalkan aku, bukan karena hilang keyakinanku
Tinggalkan aku, karena kepastian itu bukan milikku
Tinggalkan aku, karena kepastian itu tidak dapat aku berikan
Tinggalkan aku, karena masih jalani tahapan yang seharusnya kujalani
Tinggalkan aku, karena kecintaanku ke kamu.