Keperdulian...

Keperdulianku ke kamu,
Keperdulian itu terkadang menghakimi kamu karena kamu tidak mau dan tidak bisa terima bahwa semua itu untuk kebaikan kamu. Keperdulian itu seolah menyudutkan kamu karena kamu tidak bisa menerma kenyataan dan mengakui kesalahan kamu
Keperdulian itu seolah memojokkan kamu karena apa yang menjadi keperdulianku membuatmu merasa disalahkan karena kamu tidak mau disalahkan
Keprdulianku terkadang memaksakan karena kamu tau keperdulian itu memaksamu untuk tinggalkan semua "apa maumu" dan "ke-semau-mauan kamu"

Keperdulianku ke kamu,

semua tidak ada artinya bagi kamu

Kini, tinggallah aku yang perduli dengan kamu. Dan kamu tidak perduli akan hal itu.

Kucoba jalani...

Alhamdulillah... kecintaanku mampu membunuh keinginan marah dan benci. Alhamdulillah... dapat terhindar dari dendam dan fitnah....
Bukankah aku harus belajar "mengikhlaskan" apa yang telah terjadi, dengan menganggap sekadar sebagai pelajaran atau mampu mengambil hikmah dari kejadian sebelumnya?
Bukankah "sayang" dan "benci" diperbolehkan hanya karena Allah subhanahu wata'ala?
Bukankah usiaku yang semakin berkurang, mestinya aku makin bijak dalam menyikapi aksi dari luar diriku?

Dimana dermaga itu?

Aku harus kembali...
Aku harus temukan diriku kembali...
Aku harus tahu akan diriku sendiri...

Aku pernah bilang,
seperti air... mengalir...
begitu juga awalnya aku mencintaimu.

Jangan tanya kenapa dan apa sebab,
karena aku mencintai kamu bukan sebab,
karena aku mencintai kamu bukan akibat.

Seperti air....mengalir begitu saja,
ikuti iramanya dengan satu keyakinan,
berhenti pada suatu tempat,
berganti hakikat...

Biarlah cinta bermuara dengan sendirinya

Pelabuhan

Perempuan itu berujar,

Biarkan cinta itu bermuara dengan sendirinya...
disaat yang tepat...
dengan seseorang yang tepat....
dan pilihan yang tepat......
hanya dari Allah SWT.
disaat dihalalkannya dua manusia...
untuk bersatu...
dalam ikatatan pernikahan yang barokah.."

Semoga saja akan demikian adanya...

Sibuk?

Ketenangan jiwa

Aku coba terus hayati kepedihan hati, ikuti arusnya, dan tanpa sadar menghela napas panjang seakan-akan membungkus kepedihan yang ada di hati ini dengan udara yang kuhirup. Bak sebuah balon berisikan air, pelan kuhela napas panjang, seolah takut gelembung udara yang membungkus semua kepedihan itu pecah sebelum keluar dari jiwaku.

Sesaat aku merasa lega, seolah hati ini bersih kembali dari segala beban. Namun hanya sesaat, karena apa yang ada disekitarku, apa yang ada dalam benakku, apa yang ada dalam pikiranku, apa yang ada dalam pandanganku, semua... semuanya tidak bisa lepaskan jiwaku, lepaskan hatiku, lepaskan pikiranku atas bayanganmu.

Ya Allah, pemberi ketenagan jiwa.
Bawalah ia jauh dari pandanganku,
luputkanlah ia dari ingatanku,
peliharalah aku dari kekecewaan,
peliharalah aku dari kebencian,
dan peliharalah aku dari kemunafikan.

Redakan aku...

Ya Allah,
jadikan kebenciannya menjadi kecintaan padaku
jadikan kekesalannya menjadi kerinduan padaku
jadikan kemarahannya menjadi kasih sayang padaku

Ya Allah,
jangan putuskan tali silaturrahim diantara kami
eratkan tali silaturrahim diantara kami
pelihara tali silaturrahim diantara kami

Ya Allahuwarrahmanirrohim...
Aku berharap kasih sayang dari-MU

Bungkam Aku

Jantungku serasa terhenti sesaat, napasku sesak. Bukankah kamu pernah bilang ingin bicarakan hal itu bersamaku, bahkan kamu sendiri yang katakan tidak akan sembunyikan sesuatu kepadaku tentang hal itu walaupun menurut anggapan kamu itu bukan hal yang penting? Kenapa kamu sembunyikan kalau tidak aku tanyakan? Bukankah kamu sudah menyanggupi bahwa akan mengatakan kepadaku ketika "akan" mengambil keputusan, bukan saatnya kamu "lakukan " keputusan itu?

Bukan "apa" dan "bagaimana" serta "mengapa" keputusan itu yang jadi masalah bagiku. Itu terserah kamu, itu hakmu. Ke-tidak-terus-terang-an kamu, skenario dan entah rencana apa yang ada dalam pikiranmu membuatku benar-benar terhempas saat kutahu apa kata hatimu sebenarnya!

Benci? TIDAK.
Aku akan selalu mendoakan kebaikan bagi kamu.

Sudikah aku?

Aku bukan seperti kebanyakan orang seperti yang ada dalam pikiran setiap orang. Aku bukan seperti kebanyakan orang yang kamu ketahui dapat kamu jadikan seperti yang kamu inginkan. Aku bukan seperti itu. Aku, ya aku, bagaimana caraku mencintai, bagaimana caraku berlaku, itulah aku.

Haruskah aku seperti yang kamu mau setelah semua kejadian dan apa yang terjadi padaku? Sudikah aku?

Tau diri

Jantungku berdetak kencang, napasku memburu, aliran darah semakin cepat. Aku kecewa, aku cemburu, aku terabaikan, aku tersisihkan dan aku merasa dihempaskan. Perasaan itu muncul begitu saja setelah tahu isi hati kamu, jelas tertulis dan tersimpan rapih di foldermu.

Mestinya aku tidak perlu seperti itu, tetapi selama ini berdasarkan ucapan-ucapan kamu yang selalu berubah, tidak konsisten, membuatku berpikir lain, hingga tiba saatnya aku benar-benar terhempas setelah aku membaca sendiri curahan hati kamu.

Kenapa harus berbohong, kenapa harus berdiplomasi, kenapa semua kamu lakukan kalau memang selama ini memang tidak kamu harapkan. Bukankah kamu tau aku orang yang selalu terus berusaha konsisten dengan apa yang telah aku ingin jalani?

Kenapa harus katakan "akan" padahal "sudah" dilakukan? Apakah dengan bohongi aku, dengan tunda kebenaran akan membuat keadaan menjadi lebih baik? Itu sangkamu dan aku selalu katakan jangan pernah selalu menyangka akan diriku!

Aku tahu diri!

Kesadaranku

Selama mengenal kamu aku selalu rekam dalam ingatanku semua hal tentang kamu. Sering aku harus pura-pura tidak tahu akan perlakuan kamu terhadapku, sering aku harus pura-pura tidak menyadari apa yang kamu lakukan karena ketidak terus terangan kamu. Sering kamu berpikir bahwa dengan menunda ketidak terus terangan tidak membuatku tersakiti, atau pada saat suasana mendukung untuk itu baru kamu katakan. Tidakkah kamu tahu bahwa aku selalu mengutamakan keterus terangan? Tidakkah kamu tahu bahwa aku tidak suka membungkus sesuatu dengan sesuatu? Tidakkah kamu tahu bahwa aku tidak suka berdiplomasi, membungkus pernyataan dengan suatu pernyataan? Membungkus sesuatu dengan alasan? Bukankah kamu tahu kenyataan yang lebih penting dibanding alasan?

Kamu tidak pernah tahu dan kamu tidak pernah mau tahu itu.

Sensi...

Selama ini aku terus dan terus mencoba selalu memahami apa yang menjadi harapan kamu. Aku tahu dengan posisiku sekarang ini, aku tidak dapat berbuat banyak dan yang bisa aku lakukan hanyalah menerima semua harapan, keinginan, kemauan kamu yang tidak sejalan lagi dengan harapan, keinginan dan kemauanku.

Aku terus berusaha untuk sembunyikan apa yang menggelora dihatiku walaupun aku tahu, aku tidak pernah bisa lulus untuk hal tersebut. Aku terus berusaha alihkan energi kekecewaan dan ketidak berdayaan menjadi pemahaman yang semakin mendalam dalam mencintai dan menyayangi kamu. Hanya itu yang bisa aku lakukan.

Kekecewaan itu semakin menguat, ketidak berdayaan membuatku semakin tak menentu, hati ini semakin mendalam mencintai dan menyayangi kamu, dan semua itu berakibat aku menjadi lebih sensitif dengan perasaanku. Aku yang selama ini ingin selalu mengerti kamu, kini muncul keinginan untuk dimengerti. Apakah pantang untuk dimengerti? Apakah salah untuk dimengerti? Egokah aku?

Telusuri hati...

Terkadang keinginan terlalu sempurna...
Terkadang keinginan terlalu memaksa...
Mungkin terjejali dengan segala konsep...
Mungkin terjejali dengan segala aturan...
Yang pasti, sebenarnya mungkin semuanya bukan suatu keharusan

Semua hanya keinginan...
Semua hanya harapan...
Semua bukan suatu keharusan
Apalagi paksaan...

Kutelusuri hati ini
Kupahami keinginan jiwa
Dasari semua dengan kecintaan...
dan semua bermuara kepada penerimaan

Kuterima apa adanya apa yang telah ada
Kuterima apa yang ada bukan karena diadakan
Kuterima apa adanya untuk suatu hal yang memang harus ada
Kuterima semuanya yang telah ada...

Salahkah bila tidak menerima apa yang belum ada?

Setetes kebahagiaan

Hari ini terasa lebih menyenangkan dari hari sebelumnya... Hatiku berbunga-bunga. Hidup lebih menyenangkan. Aku harus akui dan sadari, semua karena kebersamaanku dengan kamu.

Alhamdulillah Ya Allah, masih ada kebahagiaan yang Engkau titipkan di antara kami.